Minggu, 04 Januari 2015

Sejarah Situs Istana Luwu



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Istana bagi sebuah kerajaan adalah tempatnya berdiam Datu ( Raja ) dan para kerabat-kerabatnya,lokasi atau tempat didirikannya, menjadi pusat pemerintahan atau dikenal sebagai Ware di Kerajaan Luwu, sebanbgai mana halnya Istana Datu Luwu yang sekarang ada di Palopo merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Luwu (Ware pada periode ke V) yaitu sesudah dipindahkan dari periode Pao,Patimang Malangke (Ware ke IV). Istana Datu Luwu yang ada di Kota Palopo sekarang merupakan istana yang terakhir. Jika diketahui, sebagai Istana yang terakhir, maka tentu ada istana-istana sebelumnya yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Luwu ( Ware ).
Yang menjadi masalah, hal ini kadang diabaikan yaitu dimana Istana Datu atau Kerajaan Luwu yang Pertama, tempat dimana didiami oleh Batara Guru,sebagai sokoguru pemerintahan Datu Luwu. Menurut tradisi dan dipercayai banyak pihak, Luwu dianggap sebagai daerah tertua bagi pemukiman dan merupakan kerajaan yang tertua khususnya di Sulawesi, hal itu menyebabkan daerah ini sangatlah bergengsi.
Istana Luwu berlokasi di tengah Kota Palopo, Pusat Kerajaan Luwu (sekarang salah satu kota kelas menengah di Provinsi Sulawesi Selatan). Dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an di atas tanah bekas "Saoraja" (Istana sebelumnya terbuat dari kayu, konon bertiang 88 buah) yang diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Belanda.
B.     Rumusan Masalah
a.       Dimana Lokasi Keberadaan Situs Istana Luwu?
b.      Bagaimana Awal Berdirinya Istana Luwu?
c.       Adakah Benda-benda Peninggalan Sejarah pada Situs Istana Luwu?
d.      Apakah Keistimewaan Situs Istana Luwu?
C.    Tujuan Penulisan
a.       Untuk Mengetahui Lokasi Keberadaan Situs Istana Luwu
b.      Untuk Mengetahui Awal Berdrinya Istana Luwu
c.       Untuk Mengetahui Benda peninggalan Sejarah pada Situs Istana Luwu
d.      Untuk Mengetahui Keistimewaan Situs Istana Luwu













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Lokasi Keberadaan Situs Istana Luwu
Istana Luwu berlokasi di tengah Kota Palopo, Pusat Kerajaan Luwu (sekarang salah satu kota kelas menengah di Provinsi Sulawesi Selatan). Dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an di atas tanah bekas "Saoraja" (Istana sebelumnya terbuat dari kayu, konon bertiang 88 buah) yang diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Belanda.
Bangunan permanen ini dibangun dengan arsitektur Eropa, oleh Pemerintah Kolonial Belanda dimaksudkan untuk mengambil hati Penguasa Kerajaan Luwu tetapi oleh kebanyakan bangsawan Luwu dianggap sebagai cara untuk menghilangkan jejak sejarah Kerajaan Luwu sebagai Kerajaan yang dihormati dan disegani kerajaan-kerajaan lain di jazirah Sulawesi secara khusus dan Nusantara secara umum.
Istana Luwu menjadi pusat pengendalian wilayah Kesultanan Luwu yang luas oleh Penguasa Kerajaan yang bergelar Datu dan atau Pajung (Di Kerajaan Luwu terdapat 2 strata Penguasa/Raja yaitu Datu kemudian di tingkat lebih tinggi Pajung). di dekat istana luwu terdapat pula Masjid Jami yang usianya sangat tua dan keseluruhan dindingnya terbuat oleh batu yang disusun.


B.     Awal berdirinya Istana Kerajaan Luwu ( Batara Guru)
Istana bagi sebuah kerajaan adalah tempatnya berdiam Datu ( Raja ) dan para kerabat-kerabatnya, lokasi atau tempat didirikannya, menjadi pusat pemerintahan atau dikenal sebagai Ware di Kerajaan Luwu, sebagai mana halnya Istana Datu Luwu yang sekarang ada di Palopo merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Luwu (Ware pada periode ke V) yaitu sesudah dipindahkan dari periode Pao,Patimang Malangke (Ware ke IV). Dengan pemindahan ibukota tersebut, kerajaan pun mulai berbenah. Istana Langkanae mulai didirikan (istana yang sebenarnya sudah hancur dan yang sekarang bisa kita lihat meupakan replikanya saja) beserta masjid Jami' (karena sebelumnya Datu' dan Luwu telah menganut Islam) dan juga pasar.
Istana Datu Luwu yang ada di Kota Palopo sekarang merupakan istana yang terakhir. Jika diketahui, sebagai Istana yang terakhir, maka tentu ada istana-istana sebelumnya yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Luwu ( Ware ). Yang menjadi masalah, hal ini kadang diabaikan yaitu dimana Istana Datu atau Kerajaan Luwu yang Pertama, tempat dimana didiami oleh Batara Guru,sebagai sokoguru pemerintahan Datu Luwu. Menurut tradisi,dan dipercayai banyak pihak, Luwu dianggap sebagai daerah tertua bagi pemukiman dan merupakan kerajaan yang tertua khususnya di Sulawesi, hal itu menyebabkan daerah ini sangatlah bergengsi. Ketuaan Luwu tidak dapat dilihat pada periode ke III ketika Pusat Kerajaan Luwu berpusat di Kamanre di tepi Sungai Noling ( Palopo Selatan atau Kabupaten Luwu sekarang) karena hal tersebut terjadi sekitar abad ke XV,atau ketika pusat kerajaan Luwu berada di Pao,Patimang Malangke karena hal itu juga terjadi pada sekitar abad ke XVI, apalagi jika hal tersebut dilihat ketika pusat kerajaan Luwu berpusat di Palopo karena hal itu baru terjadi ketika memasuki abad ke XVII. Kedatuan Luwu hanya dapat dilihat ketika kerajaan Luwu berpusat di sekitar Wotu lama karena hal tersebut terjadi disekitar abad ke IX sampai abad ke XIII yaitu pada masa kerajaan Luwu pada periode Ware yang pertama.
Kembali pada permasalahan yang ada tentang dimana letak Istana Luwu yang pertama, dan hal ini kadang atau sengaja diabaikan sehingga perhatian kita hanya tertuju dimana Istana Datu Luwu yang ada sekarang, yaitu di Palopo atau yang menjadi Ware. Jika perhatian kita hanya mengarah pada pemahaman ini, dikhawatirkan khususnya para generasi muda wija to Luwu akan asing dengan sejarahnya sendiri, mereka kehilangan jejak, pemahaman tentang Luwu makin sempit, sementara terabaikan jejak perjalanan panjang ketika Ware di Wotu,tempat berpijak awal dari Batara Guru dan keturunannya, ketika Ware di Mancapai dekat Lelewawu selatan Danau Towuti tempat berpijak Datu Luwu Anakaji dan keturunannya, ketika Ware di Kamanre, ditepi sungai Noling sebelah selatan kota Palopo,tempat bepijak Dewa Raja dan keturunannya, ketika Ware di pindahkan ke Pao, di Patimang dan Malangke dimana disini terjadi peristiwa yang sangat besar, yaitu masuknya agama Islam yang diperkenalkan oleh Dato Patimang. Sebagai catatan peristiwa-peristiwa tersebut justru terjadi antara abad ke IX sampai dengan Abad ke XVI Masehi, jadi berlangsung kurang lebih 700 tahun lamanya, terkadang perhatian kita diarahkan atau sengaja diarahkan pada kejadian yang selalu dijadikan fokus perhatian yang tertuju ke Palopo karena kedudukannya sebagai Ware sekarang baru terjadi pada abad ke XVII Masehi. Untuk menghadapi kehawatiran ini kami mencoba mengkajinya dari beberapa penelitian serta cerita tutur yang terpelihara dengan baik di tanah luwu dengan memulai, perhatian dari cikal bakal lahirnya kerajaan Luwu dari periode Luwu Pertama, dengan menunjukan letak Istana Batara Guru.
Anggapan bahwa sebahagian orang, menganggap istana Luwu tempat berdiam Batara Guru yang pertama berada di Cerekeng ( Cerrea), pendapat ini adalah sangat keliru karena masyarakat Bugis menetap di Cerekeng baru pada pertengahan abad ke Limabelas ,( Bulbeck dan Caldwell 2000;99 ) datang melalui Malili sekarang,adapun penduduk yang mendiaminya pada saat itu adalah Wotu, Pamona, To padoe atau Mori dan To Laki itulah sebabnya Malili tidak mempunyai penduduk asli, sehingga menurut Ian Caldwell Tidak ada bukti apapun yang menunjukan masyarakat Bugis di Cerekang maupun Ussu sebelum pertengahan abad ke Lima Belas. Hal ini berarti jikapun ada Identivikasi lokal atas Cerekang sebagai tempat Istana Batara Guru lebih tepat berlaku dari abad ke Enambelas ke atas, Lokasi dari pusat istana Luwu disini dalam tradisi lisan secara nyata adalah penempatan kejadian pada waktu yang salah ( anakronisme ).
Sebagai catatan kata Cerekang adalah terjemahan dari kata Cerrea yang merupakan nama asli Cerekeng. Cerrea dalam bahasa Wotu berarti tempat berpindah atau hijrah,terjadi ketika runtuhnya pusat kerajaan Luwu yang Pertama disekitar Wotu Lama yaitu sekitar Ussu dan Bilassalamoa.Sebagai tambahan menurut Ian Caldwell dalam tulisan “ Kenyataan, Anakrotisme dan Fiksi: Arkeologi bersejarah dan pusat-pusat kerajaan dalam La Galigo” beliau menyatakan “ Hampir pasti bahwa Istana Batara Guru di Cerekang di Teluk Bone Timur adalah sebuah Mitos. Pemukiman Bugis di Cerekang hanya dimulai sekitar kurang lebih tahun 1450, berhubung dengan naiknya peleburan besi dan produksi alat-alat senjata di Matano. Hal ini merupakan suatu godaan untuk beranggapan bahwa masyarakat Bugis di Cerekang telah secara nyata mengadopsi dan mengadaptasi mitos istana Batara Guru dari tetangganya, Wotu yang lebih tua.
Wilayah Wotu dahulu kala adalah tempat dimana Batara Guru turun untuk mendirikan kerajaan pertama. Disini jugalah pohon raksasa (pappua maoge) Welenreng ditebang untuk menbangun perahu Sawerigading (Pelras 1996;59).Pada hal dua tempat di Luwu ini menyatakan bahwa disitulah bukit tempat dimana Istana Batara Guru berdiri.Daerah yang pertama adalah Wotu, sebuah kota kecil yang berbicara dalam bahasa daerah sendiri yang memiliki hubungan kausal dengan Kaili, Buton dan Selayar, identifikasi lainnya adalah bukit Pensimewoni yang terletak ditikungan sungai Cerekang.
Di Istana Luwu terdapat dua bangungan, yaitu Langkanae dan Salassae. Langkanae adalah sebutan kata lain dari istana. Langkanae ini dijadikan cagar budaya buatan Belanda untuk menggantikan Langkane yang dulu. Belanda membangunnya untuk kedatuan ketika Langkanae terbakar. sedangkan Salassae adalah tempat pertemuan atau perjamuan para tamu-tamu istana.
Pada zaman dahulu bumi terbagi atas 3 dunia yaitu, dunia atas yang di pimpin oleh Dewata Patotoe, dunia bawah di pimpin oleh saudara Dewata Patotoe yaitu Ri Selleng, dan dunia tengah masih kosong pada saat itu. Suatu waktu Dewata Patotoe mengadakan pertemuan. Hasil pertemuan Dewata Patotoe tersebut yaitu harus mengirim satu anaknya, dan terpilihlah anak Dewata Patotoe yaitu Batara Guru. Batara Guru kemudian di turunkan di dunia tengah yaitu  Daerah Luwu tanpa membawa apapun dan tidak menggunakan pakaian. Ketika Batara Guru turun ke dunia tengah, Batara Guru menjalani kehidupan yang sangat sulit karena Batara Guru harus merasakan penderitaan sebelum rakyatnya menderita. Karena kasihan melihat penderitaan anaknya, diturunkanlah semua atribut-atribut dan diturunkan Langkanae beserta atribut-atribut kedatuan. Setelah Langkanae diturunkan, maka diutuslah anak dari Dewata Ri Selleng (dunia bawah) yaitu We Nyilitomo debagai pendampingnya. Dari perkawinan keduanya lahirlah putra mereka yang bernama Batara Lattu’ yang kemudian menggantikan ayahnya sebagai Datu kedua di Luwu.
Setelah batar Lattu’ cukup dewasa, dia dikawinkan dengan We Datu Sengeng anak dari La Urumpassi dan We Padauleng di Tompotikka. Sesudah itu Batara Guru bersama isteri kembali ke langit. Dari perkawinan keduanya lahirlah Sawerigading dan We Tenriabeng sebagai anak kembar emas yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka dibesarkan pada tempat yang terpisah dalam istana kerajaan. Sawerigading menikahi salah seorang putri di Cina yaitu We Cudai atas usu adiknya We Tenriabeng. Dari perkawinan mereka lahirlah putra yang bernama Lagaligo.
  1. Benda-benda Peninggalan yang Ada di Istana Luwu
Di dalam Istana Kedatuan Luwu terdapat berbagai benda pusaka. Di antaranya, terpajang dalam lemari kaca, sertifikat Pahlawan Nasional RI bagi (almarhum) Andi Jemma ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2004. 
Ada boneka sepasang manekin berpakaian pengantin ala Luwu. Pelaminan khas adat setempat. Silsilah 23 generasi Pajung-e ri Luwu atau pohon famili dari raja-raja Kedatuan Luwu. Juga terpampang legenda Batara Guru.            
Tersimpan beragam senjata pusaka berupa keris. Di dalam lemari kaca, terpajang piring antik, alat musik kecapi, guci, keramik, dan bosara’ (wadah penyimpan panganan tradisional). Susunan raja-raja Kedatuan Luwu turut menghiasi dinding.
Peninggalan yang ada di Istana Luwu tidak berupa Mahkota, tetapi berbentuk Besi Pakka dan Bunga Waru, yang hanya dipakai oleh datu, yang merupakan simbol Dewata Matenruliwawo. Di Istana Luwu juga terdapat Songko’ Pameri.
  1. Keistimewaan Situs Istana Luwu
Keistimewaan situs Istana Luwu ini yaitu terletak dari segi lokasinya yangterletak di pusat Kota Palopo. Dan situs ini berdekatan dengan Masjid Tua Jami’ yang menandakan bahwa sebelumnya Datu dan Luwu telah menganut agama Islam.




BAB III
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Istana Luwu berlokasi di tengah Kota Palopo, Pusat Kerajaan Luwu (sekarang salah satu kota kelas menengah di Provinsi Sulawesi Selatan). Dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an di atas tanah bekas "Saoraja" (Istana sebelumnya terbuat dari kayu, konon bertiang 88 buah) yang diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Belanda.
Di Istana Luwu terdapat dua bangungan, yaitu Langkanae dan Salassae. Langkanae adalah sebutan kata lain dari istana. Langkanae ini dijadikan cagar budaya buatan Belanda untuk menggantikan Langkane yang dulu. Belanda membangunnya untuk kedatuan ketika Langkanae terbakar. sedangkan Salassae adalah tempat pertemuan atau perjamuan para tamu-tamu istana.
Di dalam Istana Kedatuan Luwu terdapat berbagai benda pusaka. Di antaranya, terpajang dalam lemari kaca, sertifikat Pahlawan Nasional RI bagi (almarhum) Andi Jemma ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2004. 
Peninggalan yang ada di Istana Luwu tidak berupa Mahkota, tetapi berbentuk Besi Pakka dan Bunga Waru, yang hanya dipakai oleh datu, yang merupakan simbol Dewata Matenruliwawo. Di Istana Luwu juga terdapat Songko’ Pameri.
  1. SARAN
Laporan penelitian ini masih jauh dari kata sederhana, jadi kami sebagai penulis, memohon saran dari para kawan-kawan untuk menyempurnakan laporan penelitian ini.














LAMPIRAN
  1. Gerbang Masuk Istana Luwu
  1. Gambar Langkanae


  1. Gambar Pekarangan Istana Luwu
  1. Gambar Salassae

  1. Gambar Tugu Badik yang Terletak di Depan Langkanae










DAFTAR PUSTAKA
Istana Luwu - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
Sawerigading – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm\
Benda  Pusaka di Istana Kedatuan Luwu  - m.okezone.com
Kerajaan Luwu adalah Kerajaan Tertua – www.facebook.com
Sejarah Nama Kota Palopo – Fhyfipuspitaherman.blogspot.com
Catatan Hasil Praktek Lapangan di Istana Luwu


2 komentar:

  1. https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/12/sifat-jelek-berdasarkan-zodiak-cek.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/12/8-cara-fast-food-membunuh-anda-secara.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/12/usai-vaksin-dbd-997-anak-si-filipina.html

    Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
    SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
    Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
    dengan kemungkinan menang sangat besar.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
    • AduQ
    • BandarQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • FaceBook : @TaipanQQinfo
    • WA :+62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    Come & Join Us!!

    BalasHapus
  2. Bisa tidak dipublikadikan tentang Kedatuan Kamanre. Datu Pattiraja dan Keturunannya.Anak dan Keturunan Datu Pattiraja sampai sekarang masih gelap.Kalau kedatuan yg ada sekarang di Palopo itu jelas keturunan dari Datu Patti Pasaung.padahal Patti Pasaung dan Patti Raja adalah saudara Kandung.mohon penjelasan dan koreksinya

    BalasHapus